Friday, December 19, 2008

FEODALISME VS DEMOKRASI

Dunia bersuka cita menyambut kemenangan Barack Obama karena mewakili simbol demokrasi (etnis campuran). Jujur saja bahwa seperti halnya semua organisasi besar, seberapa sih efeknya pemimpin baru terhadap nasib anggota (rakyat)? buktinya Indonesia berkali kali ganti presiden tetep aja nasipnya rakyat masih gawat. Lha tapi kenapa bersuka cita? karena adanya HARAPAN.


Sejarah membuktikan bahwa ratu Elizabeth II dilantik ketika umurnya masih 13 tahun(!), tapi anehnya rakyat Inggris ndak ada yang protes, sementara presiden RI Prof Dr BJ Habibie yang jenius itu mempunyai rekor 1000 kali lebih didemo. Yang jadi pertanyaan adalah: mosok Elizabeth yang umurnya 13 tahun itu lebih jenius daripada Habibie? Fakta lain lagi: Sampeyan Dalem ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati ing Ngalogo Sayidin Panotogomo Kalifatulloh (gile benerr panjang banget) itu terbukti sukses memimpin Ngayogyokarto Hadiningrat selama 10 generasi! padahal Panglima tertinggi ABRI pak Harto nyatanya satu generasi aja sudah njleput.


Semua bukti sejarah itu tentu saja menggoyahkan keyakinan aktivis pro demokrasi yang selama ini mengklaim dirinya paling benar, belum lagi bukti lain yang menunjukkan negara kerajaan di dunia ini (ternyata) masih banyak, dan sukses lagi! (tulisan ini bukan omong kosong, conto negara kerajaan: Arab, Malaysia, Brunai, Jepang, Inggris, dan semua negara itu kaya). Lha tapi kenapa demokrasi itu begitu populer sampek2 menjamah wilayah yang sebenarnya ndak ada hubungannya dengan demokrasi samasekali? (contonya RSUD Jember pada tahun 2001 terjadi keruwetan gara2 perselisihan berakibat pemogokan, pasien terlantar. dan tentunya semua itu adalah “hasil karya” demokrasi iya to?)


Para aktivis pastinya mbela diri bahwa terjadinya demo dan keruwetan (anarkisme) itu bukannya tanpa sebab, pasal yang paling utama adalah KETIDAKADILAN.... nahh disitulah masalahnya. Adil itu yang gimana sih? apa semua orang dikasih makanan yang jenisnya sama itu yang disebut adil? (Sejarah membuktikan bahwa sistem negara SOSIALIS mengakibatkan seluruh rakyat menjadi melarat, kenapa? karena ndak perduli dokter ataupun tukang sapu gajinya sama. Akhirnya semua orang milih jadi tukang sapu dan negara terjerumus dalam kemacetan ekonomi karena semua orang bermental tukang sapu. Sementara sistem KAPITALIS berakibat yang kaya makin kaya, yang melarat tambah njleput, terus yang bener gimana cobak? yang bisa njawap kirim email ya...).


Bicara tentang keadilan, feodalisme adalah sistem yang ndak adil, yang jadi raja hanyalah anak raja, orang biasa ndak bisa jadi raja kecuali kawin sama anaknya raja, Sistem ini juga disebut KASTA. Otomatis sistem ini menutup kemungkinan orang yang bukan keluarga kerajaan untuk ikut campur urusan negara, Terlepas dari adil apa ndak, banyak penguasa (termasuk penulis) yang menyukai sistem kasta ini, contohnya pada jaman belanda dulu yang namanya feodalisme ini betul2 dimanfaatkan secara maximal, waktu itu yang dijadikan pegawai belanda walaupun cumak juru tulis pastilah ada embel2 RADEN... lha apalagi yang dijadikan bupati. Kenapa penguasa senang pake sistem feodal? karena ndak ada kemungkinan orang luar IKUT CAMPUR.


Walaupun atas nama keadilan, tetep aja ikut campurnya pihak luar itu malah tambah nggarai ruwet, contonya pemilihan lurah sampek pemilihan presiden RI itu butuh biaya berapa hayo? toh nyatanya tetep aja pemimpin hasil pemilihan itu banyak yang ndak mutu, belum lagi efek samping yang ruwet, kandidat yang kalah bikin masalah. Terus diperparah dengan pemimpin yang pikirannya terfokus untuk ngganyang lawan politik daripada mengurus wilayah. Logikanya begini: buat apa raja nyolong? toh dia jadi raja seumur hidup, dan kalo dia pensiun nanti yang ngganti anaknya juga, lain kasusnya dengan pemimpin hasil pemilihan, pemikirannya: saya jadi pemimpin cuma lima tahun, kalo ndak nyolong ya rugi... celakanya walaupun ndak niat nyolong sekalipun, tetep aja ada lawan politik yang sengaja njebak, ujung2nya sama: RUWET.


Sebenarnya terlepas demokrasi atau feodal, ujung pangkal keruwetan itu sesungguhnya darimana sih?..... Begini........, pemerintahan tertua menurut sejarah adalah k e r a j a a n , anggaplah negara itu adalah perusahaan perorangan, semua apa kata bos, lalu dalam perkembangannya perusahaan itu butuh r e g e n e r a s i , masalahnya adalah ahli warisnya banyak, terus supaya (relatif) adil maka dibuatlah s a h a m , lalu para ahli waris atau pemegang saham itu tadi menunjuk d i r e k t u r atau CEO yang mana kedudukannya adalah orang nomer satu tapi bukan pemilik. Masalah keruwetan timbul manakala terjadi perselisihan antar pemegang saham yang mana persentasenya pas 50 – 50, bukan 51 – 49. Jadi intinya adalah: keruwetan diakibatkan karena adanya bantah bantahan, atau dengan kata lain ada pihak yang b e r a n i mbantah. Jadi kunci kesuksesan politik bukan terletak pada k e a d i l a n , tapi terletak pada: ada tidaknya pihak yang m e m p e r m a s a l a h k a n keadilan itu, terlepas apa bentuk organisasinya: pt tbk atau perorangan, negara demokrasi atau monarki.


Dalam rangka mempersempit kemungkinan bantah bantahan itu, bagaimanapun juga ada sistem sejenis kasta diterapkan dalam organisasi militer di seluruh dunia, logikanya kalo prajurit mbantah komandan mana mungkin angkatan bersenjata bisa maju perang? Terus untuk menjamin sistem itu berjalan mulus maka dibuatlah fasilitas yang arahnya menjaga jarak antara komandan dengan bawahan, penulis punya data sekaitan ini: antara Akabri dan Secaba letaknya dipisah tul ndak?, tujuannya jelas, supaya mereka tidak saling mengenal, karena kalo kenal ada kemungkinan bawahan berani mbantah atasan. Data lain lagi menunjukkan bahwa di kantor bank manapun, ruangan untuk kepala cabang selalu dibuat kusus, tujuannya supaya karyawan jadi keder kalo dipanggil ke ruang kepala cabang.


Nah bukannya membela mana sistem yang paling unggul, tapi disini jelas bahwa feodalisme itu walau ndak adil, nyatanya negara bisa dijalankan dengan sistem begitu, sementara demokrasi bukannya ruwet apa ndak, tapi yang terpenting adalah negara (atau perusahaan) pondasinya harus kuat dulu, kalo perlu punya sertifikasi ISO 9000, ICSA, Superbrands dan lain2 baru bikin demokrasi, logikanya kalo pondasi kuat (termasuk penegak hukum siap), mana ada pihak yang (berani) memper masalahkan urusan pemerintahan, tul ndak? (yang nekat bikin masalah bakal diciduk). terus dimana letak keadilan? pertanyaan itu lagi....., tulisan ini membahas keruwetan, bukan keadilan. (Disitulah kebenaran sejati itu sulit, lha kalo fokus mikirno keadilan, kira2 masalah itu bakal selesai ndak? daripada ndak selesai2 yaa diculik aja! beres kan)


Jadi inti dari tulisan ini adalah untuk memberi perbandingan kepada pembaca, mana sistem pemerintahan yang cocok? dalam kenyataannya penulis memakai sistem feodal dalam memimpin perusahaan. Logikanya kalo pake demokrasi mana mungkin jalan diterapkan di perusahaan sekecil itu? (Pertanyaan ini hampir sama dengan kasus patungan beli mobil, waktu makai rebutan, waktu ngisi bensin tukaran, apalagi kalo mobilnya tubrukan, mending ndak usah patungan aja, OK?)


Salam..... Nanang aktivis pro feodalis



**Originally sent by Nanang at Nov 29, 2008

0 comments:

LIA AFIF ONLINE BOUTIQUE

REUNI AKBAR SMA 2 JOMBANG ALUMNUS 91-95

REUNI AKBAR SMA 2 JOMBANG ALUMNUS 91-95
Pusat Informasi Reuni Akbar SMA Negeri 2 Jombang Alumnus 1991-1995 bulan September 2009 di Jombang

About Me

Followers

Akhirnya