Friday, December 19, 2008

KONSEP alias PRINSIP

Horee, diriku senang sekali karena target tulisanku tercapai, yaitu banyak anggota BTN yang terpancing ikut nulis karna nanggepi tulisan ngawurku. Satu hal yang harus diketahui pembaca, bahwa diriku ini pengalaman maupun imajinasinya puanjaang banget sehingga buat nulis gak abis abis, apalagi cumak buat ngobrol ngalor ngidul, dijamin semaleman. Perkara ada yang setuju sama tulisanku atau tidak, saya ndak ngurus, itu terserah pembaca yang menilai, yang jelas tulisanku hampir rutin ngisi email BTN sampek2 para pembaca ketagihan, tul ndak?. Terus terang hasil karyaku dimotivasi oleh keprihatinan melihat email BTN yang sepi2 aja, sampek ada yang sambat (hayo ngaku!). Nah daripada basa basi terus saya mau nulis ngawur lagi ach....


Pengalaman penulis pernah terjun di dunia marketing sekarang ini diangkat, Marketing adalah wilayah yang selalu berubah2, bahasa lainnya TREND. Yang membuat penulis termotivasi njebur kesitu adalah tulisan dari buku yang dulu aku pinjam dari mbak Wati(watikartini@yahoo.com) yang menjelaskan kalo orang pingin belajar bisnis ya harus belajar jadi salesman dulu. Bagaimana cara menjual? itu adalah pertanyaan sepanjang masa yang mana kalo suatu produk mau diubah menjadi uang. Pertanyaan berikutnya adalah..mengapa orang mau membeli? Karena mereka butuh produk itu, begitukah? ternyata tidak sesederhana itu.


Survei penulis membuktikan bahwa transaksi terjadi karna ada 3 hal: yang pertama karena kebutuhan misale sembako, kedua karna kesenangan misale perhiasan, yang ketiga karna basa basi, misale opo? Inilah jawabannya: Sampeyan lagi bertamu ke teman akrab, lha teman itu punya dagangan misale kacang goreng, terus sampeyan beli satu tas kresek padahal ndak butuh, itulah yang disebut basa basi. Celakanya makin tinggi tingkat sosial yang namanya basa basi ndak cukup kacang goreng lagi tapi kucing garong, maksute barang yang hargane sak mbledose cangkeme gito lo. Tapi yaa gimana lagi sudah adat istiadat. Nah, faktor transaksi yang terakhir inilah yang menarik (bathine akeh).


Terus masalah kedua yaitu harga sak mbledose cangkeme alias muahal, kalau basa basi barangkali ada unsur kepaksa, tapi kali ini orang beli barang yang hargane ndak masuk akal tapi tidak ada penyesalan sedikit pun (bahkan kebanggaan). Anehnya barang2 itu hampir2 tidak ada gunane samasekali. (Joger pembuat kata2 pernah ngomong bahwa marketing adalah ilmu untuk mbohongi orang, kalo berhasil maka orang2 akan datang lagi untuk minta dibohongi) Nahh yang satu ini penjelasannya agak ruwet: Penulis punya pengalaman menjual barang yang harganya dimark up sampek level yang ndak masuk akal tapi laku! Bagaimana caranya?


Waktu itu (2004) penulis lagi ada peluang bisnis yaitu menjual barang kerajinan yang pabriknya dipunyai oleh teman akrab, daripada langsung dijual penulis memutar otak dulu. Yang menjadi sumber ide penulis adalah MultiLevel Marketing alias MLM. Pertanyaannya begini: apa sih yang membuat produk sophie martin mahal? kenapa walaupun harganya segitu koq ndak ada orang yang protes? karena brand image, terus bagaimana cara membangun brand image? Daripada mumet, sekarang aku jelaskan dengan lebih simpel: karena KERTAS alias katalog yang ada price listnya...Lha kok gitu? logikanya kalo orang mbaca katalog yang sudah ada harganya alias paten, siapa yang mau nawar? (padahal katalognya karanganku dewe he he he) Sophie Martin modalnya cumak kertas, pabriknya hanyalah di Cibaduyut. Untuk itu saya ucapkan banyak2 terimakasih pada mas Antok (catursp@yahoo.com) karena telah membantu saya membuat katalog.


Sekarang kita masuk inti permasalahan yaitu mengenai konsep atau prinsip. Dulu ada iklan rokok merk prinsip yang slogannya “kalo bisa nomer 1 buat apa 234” terus slogan penutupnya “dalam hidup prinsip no 1” terus apa hubungannya? Mas Antok pernah bilang “Pepsoden adalah pasta gigi untuk k e l u a r g a , sementara close up adalah odol untuk ANAK PACARAN” betul gitu mas Antok? Kedua produk itu sama2 bikinan Unilever terus sama2 odol, logikanya close up dipake untuk keluarga juga ndak masalah, begitu juga kalau pepsoden buat pacaran. Pertanyaan yang menjengkelkan: mengapa harus ada dua jenis produk? toh sama sama odol, tul ndak? Dalam mendesain produk harus diperhatikan konsep, bahasa marketingnya segmen pasar, “ini adalah produk untuk siapa? berapa penghasilan orang2 yang mau beli produk itu? produk itu mau dipake dalam kondisi apa?”


Masalah ini juga terjadi pada sektor properti yang mana sekarang lagi usum rumah RSSS.., yang menjadi keprihatinan penulis adalah ya masalah konsep rumah2 itu tadi, logikanya semurah murahnya rumah tetep aja harganya “bunyi” sekian puluh juta rupiah....yang mana tetep aja orang melarat tidak mungkin punya uang segitu, sementara orang kaya mana mungkin mau membeli rumah kayak gitu tadi, jadi konsepnya ngambang, iya to? Menurut survei penulis, konsep rumah2 yang dibangun perorangan (bukan developer) sekurang kurangnya ada 3 yaitu: rumah orang bule, rumah orang cina, & rumah orang jawa.


Rumah orang bule konsepnya untuk kenyamanan, orang cina untuk kekayaan, terakhir rumahnya wong jowo konsepe supoyo karo tonggone gak dinyek (sori jangan tersinggung, diriku juga termasuk wong jowo). Rumah wong jowo bagian depan keramik ngejreng, belakange luweng, iya to?, kebalikan orang bule yang ndak ngurus tampangnya rumah, tapi dalemnya ada home theater, pemanas air, ac, internet, dlsb. Rumahnya orang cina lain lagi, madepnya diitung, tangganya diitung, pintu cendela diitung, bahkan warnanya pun diitung(!)


Begitu juga konsep perusahaan, ada yang perusahaan yang didesain untuk efisiensi, ada yang didesain supaya gampang diwariskan (regenerasi), ada lagi yang dirancang untuk dapat selalu mengikuti perkembangan jaman, ada yang konsepnya untuk ekspansi dengan cepat dan tanpa modal (waralaba), bahkan ada yang konsepnya tidak cari untung (non profit). Dalam hal ini bahasanya konsep diterjemahkan menjadi “visi dan misi perusahaan” barangkali para pembaca bertanya2 apa konsepnya sang penulis? tadi sudah dijelaskan, yaitu untuk memancing anggota BTN untuk ikut nulis.


Itulah banyak orang mengalami kegagalan dalam hidupnya karena tidak punya prinsip, banyak produk gagal karena tidak punya segmen pasar, banyak rumah ndak laku2 karena ndak punya konsep, banyak perusahaan bangkrut karena tidak punya visi dan misi jelas. Bahasa lain lagi adalah aliran sesat, membangun sesuatu tanpa arah dan tujuan yang jelas, mutar muter ndak nemu musuh seperti tulisanku terdahulu. sekarang mbalik ke diri masing2, adakah diantara sampeyan yang belum punya prinsip? seandainya belum pakailah prinsip saya yaitu: selalu berpikir terbalik (misale ada pendapat menyatakan sesuatu itu adalah begitu, maka saya akan berpikir: bagaimana seandainya ternyata bukan begitu?), prinsip yang nyeleneh akan menuntun sampeyan menjadi orang nyeleneh, percayalah!


Salam..... Nanang konseptor ngawur



**originally written by Nanang at Nov 15th, 2008



0 comments:

LIA AFIF ONLINE BOUTIQUE

REUNI AKBAR SMA 2 JOMBANG ALUMNUS 91-95

REUNI AKBAR SMA 2 JOMBANG ALUMNUS 91-95
Pusat Informasi Reuni Akbar SMA Negeri 2 Jombang Alumnus 1991-1995 bulan September 2009 di Jombang

About Me

Followers

Akhirnya